Selasa, 19 Mei 2015
selamat datang di blog saya
10 Makanan Khas Maluku, Dijamin Enak!
Salah satu hal yang menarik dari wisata adalah mencicipi makanan lokalnya. Sayang sekali kan kalau Anda jauh-jauh berlibur ke Indonesia Timur, lalu yang Anda cari adalah McDonald’s atau KFC. Berhubung kemarin-kemarin saya sempat membahas tentangPantai Ora di Maluku, maka sekarang saya ingin mengenalkan Klikers dengan makanan khas Maluku. Supaya kalau besok Klikers berlibur ke Maluku, Klikers sudah tahu kira-kira mau mencicipi makanan apa. Berikut 10 makanan khas Maluku yang harus Anda coba saat berlibur ke sana:
Klikers pasti sudah pernah mendengar tentang makanan khas Maluku yang satu ini. Namun mungkin belum tahu bentuknya seperti apa. Papeda terbuat dari bubur sagu yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dibumbui dengan kunyit. Namun papeda dapat juga dikombinasikan dengan ikan gabus, kakap merah, ataupun ikan kue. Papeda ini memiliki tekstur yang lengket seperti lem dan rasanya tawar. Papeda sebaiknya disantap saat masih panas. Cara menyantapnya pun cukup unik, yaitu dengan tidak menggunakan sendok melainkan langsung diseruput dari piringnya.
2. Ikan Kuah Pala Banda
Ikan kuah pala banda merupakan kuliner asli masyarakat di Kepulauan Banda. Pulau Banda memang dikenal karena rempah-rempahnya. Kelezatan ikan kuah pala ini sudah dikenal sejak berabad-abad lalu. Bahkan, ikan kuah pala selalu disajikan untuk menjamu para petinggi Belanda yang datang ke Banda. Kuah sopnya terasa sangat segar, rasa asam bercampur dengan pedas dari buah pala. Ikan kuah pala ini biasanya disajikan dengan urap daun papaya, ikan kakap merah bakar, dan sambal bekasang yang dibuat dari ikan cakalang tumbuk.
3. Nasi Lapola
Walaupun selama di sekolah kita selalu diajari bahwa makanan pokok orang Maluku adalah sagu, tapi mereka makan nasi juga, lho! Nasi lapola adalah makanan khas Maluku yang dimasak dengan menggunakan kacang tolo. Beras yang dimasak dengan api kecil sampai setengah matang lalu dicampurkan dengan kacang tolo rebus, kelapa parut, dan garam, lalu diaduk rata. Setelah itu adonan nasi lapola ini dikukus hingga matang.
4. Kohu kohu dengan kasbi rebus
Kohu-kohu ini mirip sayur urap bila di Jawa. Kohu-kohu terbuat dari ikan teri basah yang dicampur dengan tauge, terung, kacang panjang rebus dan parutan kelapa. Campuran ini lalu dibumbui dengan perasan jeruk nipis, cabai, bawang merah, dan bawang putih. Rasanya sangat nikmat bila disantap dengan kasbi (singkong) rebus.
Kohu-kohu ini mirip sayur urap bila di Jawa. Kohu-kohu terbuat dari ikan teri basah yang dicampur dengan tauge, terung, kacang panjang rebus dan parutan kelapa. Campuran ini lalu dibumbui dengan perasan jeruk nipis, cabai, bawang merah, dan bawang putih. Rasanya sangat nikmat bila disantap dengan kasbi (singkong) rebus.
5. Ikan Komu Asar
Ikan komu asar ini adalah ikan cakalang yang dimasak dengan cara ditusuk dengan bamboo lalu diasap selama kira-kira satu jam. Biasanya ikan asar dibuat dari ikan tongkol atau ikan tuna. Ikan komu asar ini cocok disantap dengan nasi dan sambal colo-colo.
6. Sagu woku komo-komo
Satu lagi makanan khas Maluku dengan bahan dasar sagu. Cara pembuatannya: awalnya sagu direndam dalam air dingin selama satu jam. Lalu bumbu-bumbu seperti bawang putih, serai, dan jahe ditumis. Kemudian jeroan ikan dan air dimasukkan dan dimasak hingga matang. Selanjutnya, bawang merah dan bawang putih ditumis hingga kecoklatan. Masukkan santan kelapa cair dan sagu, kemudian masak hingga mengering. Tambahkan santan kental, garam, merica, dan irisan daun bawang. Setelah matang, sagu didinginkan terlebih dahulu. Jeroan ikan dipotong bentuk dadu. Lalu, sagu dan jeroan ikan yang telah dipotong-potong dimasukkan ke dalam daun woka. Terakhir, bungkusan daun woka ini lalu dipanggang dengan bara api hingga kering dan matang. Sagu woku komo-komo ini sangat cocok untuk menjadi lauk untuk makanan utama.
7. Sambal Colo Colo
Sambal colo-colo ini merupakan sambal khas Ambon yang terkenal sangat pedas rasanya. Sambal colo-colo ini telah menjadi pelengkap wajib bagi masyarakat Maluku. Sambal colo-colo terbuat dari tomat muda, bawang merah, dan cabe rawit yang diiris tipis lalu diberi taburan garam dan disiram jeruk nipis. Tanpa diulek. Sambal colo-colo ini juga dapat ditambahkan dengan daun kemangi, irisan kenari mentah, atau rarobang. Dapat juga ditambahkan kecap manis.
8. Talam Sagu Bakar
Inilah makanan khas Maluku lainnya yang terbuat dari sagu. Mula-mula, sagu direndam dan dihaluskan. Sementara itu gula merah dimasak. Lalu, sagu dan gula merah ditiriskan dan dicampur, lalu ditambahkan gula pasir dan diaduk hingga kental. Lalu ke dalam adonan talam sagu bakar ini ditambahkan mentega, kacang brenebon (kacang merah), dan kenari. Setelah itu, adonan ini dibakar hingga kering. Talam sagu bakar ini rasanya manis dengan citarasa yang khas berkat campuran kenari dan kacang brenebon. Rasanya sangat nikmat dan cocok disajikan cemilan.
9. Bubur Sagu Ubi
Bubur sagu ubi merupakan makanan khas Maluku yang saya yakin sudah cukup kita kenal. Bahkan, ini adalah salah satu makanan favorit saya. Kita semua pun pasti bisa membuatnya. Pertama-tama, sagu lempengan direndam dalam air hingga mengembang. Setelah itu airnya dibuang dan ditiriskan. Lalu, rebus gula merah, gula pasir dan daun pandan dalam air hingga gula larut. Setelah itu air gula ini dicampurkan dengan sagu yang telah lunak dan ubi merah rebus. Bubur sagu ubi yang diberi santan kental dan taburan kenari rasanya sangat lezat.
10. Kopi Sibu-sibu
Klikers, itulah 10 makanan khas Maluku yang dijamin rasanya lezat-lezat. Nama-namanya mungkin terdengar sedikit asing di telinga kita. Namun rasa nggak bakal bohong. Dengan menyantap makanan khas dari daerah lain, pengetahuan kita seputar kuliner pun akan bertambah. Kebudayaan di Indonesia ini kaya sekali, lho! Yuk kenalan lebih banyak dengan makanan khas dari daerah-daerah di Indonesia!
Rabu, 13 Mei 2015
Selamat datang di blog saya
Dampak Negatif Dari Pertambangan Bagi Lingkungan Hidup
Forumhijau.com - Secara umum pasir besi terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit.
Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitic volkanik. Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen. Namun demikian, pertambangan selalu mempunyai dua sisi yang saling berlawanan, yaitu sebagai sumber kemakmuran sekaligus perusak lingkungan yang sangat potensial. Sebagai sumber kemakmuran, sudah tidak diragukan lagi bahwa sektor ini menyokong pendapatan negara selama bertahun-tahun.
Sebagai perusak lingkungan, pertambangan terbuka (open pit mining) dapat merubah total iklim dan tanah akibat seluruh lapisan tanah di atas deposit bahan tambang disingkirkan.
Selain itu, untuk memperoleh atau melepaskan biji tambang dari batu-batuan atau pasir seperti dalam pertambangan emas, para penambang pada umumnya menggunakan bahan- bahan kimia berbahaya yang dapat mencemari tanah, air atau sungai dan lingkungan. Pada pertambangan bawah (underground mining) kerusakan lingkungan umumnya diakibatkan karena adanya limbah (tailing) yang dihasilkan pada proses pemurnian bijih.
Baik tambang dalam maupun tambang terbuka menyebabkan terlepasnya unsur-unsur kimia tertentu seperti Fe dan S dari senyawa pirit (Fe2S) menghasilkan air buangan bersifat asam (Acid Mine Drainage / Acid Rock Drainage) yang dapat hanyut terbawa aliran permukaan pada saat hujan, dan masuk ke lahan pertanian di bagian hilir pertambangan, sehingga menyebabkan kemasamam tanahnya lebih tinggi.
Tanah dan air asam tambang tersebut sangat masam dengan pH berkisar antara 2,5 – 3,5 yang berpotensi mencemari lahan pertanian. Beberapa dampak negatif akibat pertambangan jika tidak terkendali antara lain sebagai berikut:
1). Kerusakan lahan bekas tambang.
2). Merusak lahan perkebunan dan pertanian.
3). Membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan.
4). Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan sangat kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya.
5). Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun, bunyi dll.
6). Kerusakan tambak dan terumbu karang di pesisir.
7). Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati.
8). Air tambang asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang akhirnya ke laut akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut.
9). Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan.
10). Sarana dan prasarana seperti jalan dll. rusak berat.
11). Dan lain-lain.
2). Merusak lahan perkebunan dan pertanian.
3). Membuka kawasan hutan menjadi kawasan pertambangan.
4). Dalam jangka panjang, pertambangan adalah penyumbang terbesar lahan sangat kritis yang susah dikembalikan lagi sesuai fungsi awalnya.
5). Pencemaran baik tanah, air maupun udara. Misalnya debu, gas beracun, bunyi dll.
6). Kerusakan tambak dan terumbu karang di pesisir.
7). Banjir, longsor, lenyapnya sebagian keanekaragaman hayati.
8). Air tambang asam yang beracun yang jika dialirkan ke sungai yang akhirnya ke laut akan merusak ekosistem dan sumber daya pesisir dan laut.
9). Menyebabkan berbagai penyakit dan mengganggu kesehatan.
10). Sarana dan prasarana seperti jalan dll. rusak berat.
11). Dan lain-lain.
Mengapa ini bisa terjadi? Karena:
1). Adanya perbedaan kepentingan antara kepentingan lingkungan vs kepentingan ekonomi, politik dll.
2). Penegakkan hukum yang belum baik.
3). Aturan yang dibuat seringkali mengakomodasi beberapa kepentingan dengan bahkan mengabaikan unsur lingkungan.
4). Aturan yang tidak dilaksanakan dengan konsisten.
5). Dalam prakteknya otonomi daerah menyebabkan pertambangan maju pesat dan nyaris tidak terkendali.
2). Penegakkan hukum yang belum baik.
3). Aturan yang dibuat seringkali mengakomodasi beberapa kepentingan dengan bahkan mengabaikan unsur lingkungan.
4). Aturan yang tidak dilaksanakan dengan konsisten.
5). Dalam prakteknya otonomi daerah menyebabkan pertambangan maju pesat dan nyaris tidak terkendali.
Upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap dampak yang ditimbulkan oleh penambang pasir dapat ditempuh dengan beberapa pendekatan, untuk dilakukan tindakan-tindakan tertentu sebagai berikut :
1. Pendekatan teknologi, dengan orientasi teknologi preventif (control/protective) yaitu pengembangan sarana jalan/jalur khusus untuk pengangkutan pasir besi sehingga akan mengurangi keruwetan masalah transportasi. Pejalan kaki (pedestrian) akan terhindar dari ruang udara yang kotor.
Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh pasir (coal dust).
Menggunakan masker debu (dust masker) agar meminimalkan risiko terpapar/terekspose oleh pasir (coal dust).
2. Pendekatan lingkungan yang ditujukan bagi penataan lingkungan sehingga akan terhindar dari kerugian yang ditimbulkan akibat kerusakan lingkungan. Upaya reklamasi dan penghijauan kembali bekas penambangan pasir besi dapat mencegah perkembangbiakan nyamuk malaria.
Dikhawatirkan bekas lubang/kawah pasir besi dapat menjadi tempat perindukan nyamuk (breeding place). Penanaman bakau dan mangrove secara terpadu untuk mencegah terjadinya abrasi pantai.
3. Pendekatan administratif yang mengikat semua pihak dalam kegiatan pengusahaan penambangan pasir besi tersebut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku (law enforcement)
4. Pendekatan edukatif, kepada masyarakat yang dilakukan serta dikembangkan untuk membina dan memberikan penyuluhan/ penerangan terus menerus memotivasi perubahan perilaku dan membangkitkan kesadaran untuk ikut memelihara kelestarian lingkungan.
Kesimpulannya, setiap kegiatan pastilah menghasilkan suatu akibat, begitu juga dengan kegiatan eksploitasi bahan tambang, pastilah membawa dampak yang jelas terhadap lingkungan dan juga kehidupan di sekitarnya, dampak tersebut dapat bersifat negatif ataupun positif, namun pada setiap kegiatan eksploitasi pastilah terdapat dampak negatifnya, hal tersebut dapat diminimalisir apabila pihak yang bersangkutan bertanggung jawab terhadap pengolahan sumber daya alamnya dan juga memanfaatkannya secara bijaksana. Jika dilakukan penelitian secara mendalam, akan banyak sekali dampak buruk dari daya rusak yang disebabkan oleh pertambangan ini.
Jika kita banyak belajar dari kasus-kasus pertambangan yang ada di Bengkulu seperti Batubara, pasir besi di Seluma, dan lain-lain. Mengandalkan pengerukan Sumber Daya Alam (SDA) sebagai sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah satu bentuk pemerintahan daerah yang tidak kreatif dan solutif.
Sebab pertambangan tidak saja membawa berkah bagi sipemiliknya namun juga bencana besar akibat daya rusak yang diakibatkan, baik kerusakan lingkungan, kerusakan sosial, budaya masyarakat menjadi lebih konsumtif dan masih banyak lagi.
©[Jatam - FHI]
Follow us: @forum_hijau
Selasa, 12 Mei 2015
Welcome to My Blog
SELAYANG PANDANG HALMAHERA UTARA
Secara geografis, Kabupaten Halmahera Utara berada pada posisi kordinat 10,57'-20,0' lintang Utara dan 128,17'-128,18' bujur timur. - See more at: http://www.halmaherautara.com/pro/profil-daerah-halmahera-utara#sthash.qpeuj02U.dpuf
Kabupaten Halmahera Utara (Halut) terbentuk pada 31 Mei 2003 dengan ibukota Tobelo. Sejalan dengan pembentukan kabupaten baru, maka kecamatan dan desa pun dimekarkan. Sembilan kecamatan dimekarkan menjadi 22 kecamatan dan 174 desa menjadi 260 desa. Pada tahun 2009, seiring ditetapkannya Pulau Morotai sebagai kabupaten tersendiri maka jumlahnya pun berubah menjadi 17 Kecamatan dan 196 desa.
Dengan demikian, secara administratif Kabupaten Halmahera Utara berbatasan dengan Kabupaten Pulau Morotai di sebelah utara, Kabupaten Halmahera Timur di sebelah timur, Kabupaten Halmahera Barat di sebelah selatan maupun barat
Jumlah penduduk kabupaten Halmahera Utara tahun 2011 adalah 179.366 jiwa dimana 52% berkelamin pria dan 48% wanita. Populasi terbanyak tercatat di Kecamatan Tobelo dengan 35.639 jiwa, sedangkan Kecamatan Kao Teluk adalah yang paling sedikit dengan 3.933 jiwa.
Luas wilayah kabupaten ini adalah seluas 22.507,32 Km2 yang terdiri dari 17.555,71 Km2 (78%) wilayah laut dan 4.951,61 Km2 (22%) wilayah darat.
- See more at: http://www.halmaherautara.com/pro/profil-daerah-halmahera-utara#sthash.qpeuj02U.dpuf.Halmahera Utara memiliki hampir 50 pulau yang tersebar di laut Maluku dan laut Halmahera. Hampir setiap pulau memiliki keindahan alam yang khas. Pulau-pulau kecil dengan panorama pantai pasir putihnya, keindahan taman laut yang sangat indah dengan aneka ragam ikannya, keanekaragaman flora-fauna dan budaya serta situs-situs sejarah masa perang dunia II dapat dijumpai di daerah ini. Jumlah penduduk kabupaten Halmahera Utara tahun 2011 adalah 179.366 jiwa dimana 52% berkelamin pria dan 48% wanita. Populasi terbanyak tercatat di Kecamatan Tobelo dengan 35.639 jiwa, sedangkan Kecamatan Kao Teluk adalah yang paling sedikit dengan 3.933 jiwa.
Luas wilayah kabupaten ini adalah seluas 22.507,32 Km2 yang terdiri dari 17.555,71 Km2 (78%) wilayah laut dan 4.951,61 Km2 (22%) wilayah darat.
Halmahera Utara merupakan salah satu daerah agraris dengan potensi alamnya yang besar terdiri dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, kelautan, peternakan, pertambangan, industri kecil dan kepariwisataan.
Potensi alam yang belum di olah yaitu pasir besi, kandungan emas, batu mangan, batu bara (terdapat di kecamatan Loloda Utara) serta potensi hasil laut yang melimpah.
Panorama alam yang indah dan mempesona serta keanekaragaman seni budaya yang masih mengakar kuat di masyarakat adalah modal pariwisata yang potensial untuk dikembangkan. Obyek wisata alam, wisata bahari, wisata budaya dan peninggalan sejarah serta agrowisata ditunjang berbagai macam tarian budaya serta hasil kerajinan rakyat berupa cinderamata membuat Halmahera Utara adalah tujuan wisata yang ideal. - See more at: http://www.halmaherautara.com/pro/profil-daerah-halmahera-utara#sthash.qpeuj02U.dpuf.
Negara: Indonesia
Provinsi: Maluku Utara
Area: 22.507,32 km2
Populasi: 179.366 jiwa (tahun 2011)
Ibukota: Tobelo
Bupati: Ir. Hein Namotemo, MSP (2010-2015)
Pembagian Wilayah: 17 Kecamatan, 196 Desa
Jumlah Pulau: 50 pulau
Penduduk: 90% etnis Halmahera, plus Javanese minority
Bahasa: Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah (Galela, Tobelo, Loloda, Modole) - See more at: http://www.halmaherautara.com/pro/profil-daerah-halmahera-utara#sthash.qpeuj02U.dpuf
Senin, 11 Mei 2015
Selamat datang di Blog Saya
Physical fitness
Before the industrial revolution, fitness was the capacity to carry out the day’s activities without undue fatigue. However with automation and changes in lifestylesphysical fitness is now considered a measure of the body's ability to function efficiently and effectively in work and leisure activities, to be healthy, to resisthypokinetic diseases, and to meet emergency situations.[4]
Contents
Fitness
Fitness is defined as the quality of being suitable to perform a particular task. Around 1950, perhaps consistent with the Industrial Revolution and the treatise ofWorld War II, the term fitness increased in western vernacular by a factor of ten.[5]Modern definition of fitness describe either a person or machine's ability to perform a specific function or a holistic definition of human adaptability to cope with various situations. This has led to an interrelation of human fitness and attractiveness which has mobilized global fitness and fitness equipment industries. Regarding specific function, fitness is attributed to personnel who possess significant aerobic oranaerobic ability, i.e. strength or endurance. A holistic definition of fitness is described by Greg Glassman in the CrossFit journal as an increased work capacity across broad times and modal domains; mastery of several attributes of fitness including strength, endurance, power, speed, balance and coordination and being able to improve the amount of work done in a given time with any of these domains.[6] A well rounded fitness program will improve a person in all aspects of fitness, rather than one, such as only cardio/respiratory endurance or only weight training.
A comprehensive fitness program tailored to an individual typically focuses on one or more specific skills,[7] and on age-[8] or health-related needs such as bone health.[9] Many sources[10] also cite mental, social and emotional health as an important part of overall fitness. This is often presented in textbooks as a trianglemade up of three points, which represent physical, emotional, and mental fitness. Physical fitness can also prevent or treat many chronic health conditions brought on by unhealthy lifestyle or aging.[11] Working out can also help some people sleep better and possibly alleviate some mood disorders in certain individuals.[12]
The U.S. Centers for Disease Control and Prevention encourages the adult public, ages 18 to 64, to engage each week in at least one and a quarter hours of vigorous-intensity aerobic activity or two and a half hours of moderate-intensity aerobic activity; that time can be met in any increments.[12]
Developing research has demonstrated that many of the benefits of exercise are mediated through the role of skeletal muscle as an endocrine organ. That is, contracting muscles release multiple substances known as myokines which promote the growth of new tissue, tissue repair, and various anti-inflammatory functions, which in turn reduce the risk of developing various inflammatory diseases.[13]
Training
Specific or task-oriented fitness is a person's ability to perform in a specific activity with a reasonable efficiency: for example, sports or military service. Specific training prepares athletes to perform well in their sports.
Examples are:
- 100 m sprint: in a sprint the athlete must be trained to work anaerobically throughout the race, an example of how to do this would be interval training.
- Middle distance: athletes require both speed and endurance to gain benefit out of this training. The hard working muscles are at their peak for a longer period of time as they are being used at that level for longer period of time.[14]
- Marathon: in this case the athlete must be trained to work aerobically and their endurance must be built-up to a maximum.
- Many fire fighters and police officers undergo regular fitness testing to determine if they are capable of the physically demanding tasks required of the job.[15]
- Members of armed forces will often be required to pass a formal fitness test – for example soldiers of the US Army must be able to pass the Army Physical Fitness Test (APFT).[16]
- Hill sprints: requires a level of fitness to begin with, the exercise is particularly good for the leg muscles. The army often trains doing mountain climbing and races.
- Sand running: creates less strain on leg muscles than running on grass or concrete. This is due to the fact that sand collapses beneath your foot softening the landing. Sand training is an effective way to lose weight and become fit as its proven you need more effort (1 and a half times more) to run on the soft sand than on a hard surface.[17]
- Water jogging: is a form of exercise that decreases strain on joints and bones. The water supplies minimal impact to muscles and bones which is good for those recovering from injury. Furthermore the resistance of the water as you jog through it provides an enhanced effect of exercise (The deeper you are the greater the force needed to pull your leg through).[18]
In order for physical fitness to benefit the health of an individual, an unknown response in the person called a stimulus will be triggered by the exertion. When exercise is performed with the correct amount of intensity, duration and frequency, a significant amount of improvement can occur. The person will overall feel better but the physical effects on the human body take weeks, months, or even years to be noticed or fully developed. For training purposes, exercise must provide a stress or demand on either a function or tissue. To continue improvements, this demand must eventually increase little over an extended period of time. This sort of exercise training has three basic principles: overload, specificity, and progression. These principles are related to health but also enhancement of physical working capacity.[19]
High Intensity Interval Training (HIIT)
High Intensity Interval Training consists of repeated, short bursts of exercise, completed at a high level of intensity. These sets of intense activity are followed by a predetermined time of rest or low intensity activity.[20] Studies have shown that exercising at a higher intensity has increased cardiac benefits for humans, compared to when exercising at a low or moderate level.[21] Research into the benefits of HIIT have revealed that it can be very successful for reducing fat, especially around the abdominal region. Furthermore when compared to continuous moderate exercise, HIIT burns more calories and increases the amount of fat burned after exercise has finished.[22] Lack of time is one of the main reasons stated for not exercising. HIIT is a great alternative for those people. It is much quicker than conventional workouts.[23]
Cardiovascular training
Cardiovascular capacity can be measured using VO2 max, a measure of the amount of oxygen the body can uptake and utilize.[24] Cardiorespiratory training involves movement that increases the heart rate to improve the body's oxygen consumption. This form of exercise is an important part of all training regiments ranging from professional athletes to the everyday person. Also, it helps increase stamina.
Examples are:
- Jogging – Running at a steady and gentle pace. This form of exercise is great for maintaining weight.
- Elliptical Training – This is a stationary exercise machine used to perform walking, or running without causing excessive stress on the joints. This form of exercise is perfect for people with achy hips, knees and ankles.
- Walking – Moving at a fairly regular pace for a short, medium or long distance. Many walkers enjoy getting their workouts in at their local mall.
- Swimming – Using your arms and legs to keep yourself afloat and moving either forwards or backwards. This is a good full body exercise for those who are looking to strengthen their core while improving cardiovascular endurance.
- Biking – Riding a bicycle typically involves longer distances than walking or jogging. This is another low stress exercise on the joints and is great for improving leg strength.[25]
Effects
Controls blood pressure
Physical Fitness has proven to result in positive effects the body's blood pressure. This is because staying active and exercising regularly builds up a stronger heart. The heart is the main organ in charge of systolic blood pressure and diastolic blood pressure. Engaging in a physical activity will create a rise in blood pressure, once the activity is stopped, however, the individual’s blood pressure will return to normal. The more physical activity that one engages in, the easier this process becomes, resulting in a more ‘fit’ individual.[26] Through regular physical fitness, the heart does not have to work as hard to create a rise in blood pressure, which lowers the force on the arteries, and lowers the over all blood pressure.[27]
Cancer prevention
Centers for disease control and prevention provide lifestyle guidelines of maintaining a balanced diet and engaging in physical activity to reduce the risk of disease. The WCRF/ American Institute for Cancer Research (AICR) published a list of recommendations that reflect the evidence they have found through consistency in fitness and dietary factors that directly relate to Cancer prevention.
The WCRF/AICR Recommendations include the following:
- "Be as lean as possible without becoming underweight
- Each week, adults should engage in at least 150 minutes of moderate intensity physical activity or 75 minutes of vigorous intensity physical activity
- Children should engage in at least one hour of moderate or vigorous physical activity each week
- Be physically active for at least thirty minutes every day
- Avoid sugar, limit the consumption of energy packed foods
- Balance your diet with a variety of vegetables, grains, fruits, legumes, etc.
- Limit sodium intake, the consumption of red meats and the consumption of processed meats
- Limit alcoholic drinks to two for men and one for women a day"[28]
These recommendations are also widely supported by the American Cancer Society. The guidelines have been evaluated and individuals that have higher guideline adherence scores substantially reduce cancer risk as well as help towards control with a multitude of chronic health problems. Regular physical activity is a factor that helps reduce an individual’s blood pressure and improves cholesterol levels, two key components that correlate with heart disease and Type 2 Diabetes.[29]The American Cancer Society encourages the public to "adopt a physically active lifestyle" by meeting the criteria in a variety of physical activities such as hiking, swimming, circuit training, resistance raining, lifting, etc. It is understood that cancer is not a disease that can be cured by physical fitness alone, however because it is a multifactorial disease, physical fitness is a controllable prevention. The large associations tied with being physically fit and reduced cancer risk are enough to provide a strategy to reduce cancer risk.[28] The American Cancer Society assorts different levels of activity ranging from moderate to vigorous to clarify the recommended time spent on a physical activity. These classifications of physical activity consider the intentional exercise and basic activities done on a daily basis and give the public a greater understanding by what fitness levels suffice as future disease prevention.
Cardiovascular disease prevention
Physical activity effects one’s blood pressure, cholesterol levels, blood lipid levels, blood clotting factors and the strength of blood vessels. All factors that directly correlate to cardiovascular disease. It also improves the body’s use of insulin. People who are at risk for diabetes, Type 2 (insulin resistant) especially, benefit greatly from physical activity because it activates a better usage of insulin and protects the heart. Those who develop diabetes have an increased risk of developing cardiovascular disease. In a study where a sample of around ten thousand adults from the Third National Health and Nutrition Examination Survey, physical activity and metabolic risk factors such as insulin resistance, inflammation, dyslipidemia were assessed. The study adjusted basic confounders with moderate/vigorous physical activity and the relation with CVD mortality. The results displayed physical activity being associated with a lower risk of CVD mortality that was independent of traditional metabolic risk factors.
The American Heart Association recommendations include the same findings as provided in the WCRF/ AICR recommendations list for people who are healthy. In regards to people with lower blood pressure or cholesterol, the association recommends that these individuals aim for around forty minutes of moderate to vigorous physical activity around three or four times a week.[30]
Weight control
Achieving resilience through physical fitness promotes a vast and complex range of health related benefits. Being physically fit regulates body weight, insulin resistance, sex hormones, inflammation, and a healthy immune system. Individuals who keep up physical fitness levels generally regulate their distribution of body fat and stray away from obesity. Abdominal fat, specifically visceral fat, is most directly affected by engaging in aerobic exercise. Strength traing has been knowen to increase the amount of lean muscle in the body, however it can also reduce body fat.[31] Sex steroid hormones, insulin, and an appropriate immune response are factors that mediate metabolism in relation to the abdominal fat. Therefore, physical fitness provides weight control through regulation of these bodily functions.[32]
Neuropsychological effects
Regular exercise is effective for preventing the age-related decline in cognition and improving overall neuropsychological function. The increased synthesis of neurotrophic factors in the body and brain and the resulting neurogenesis in various brain structures is largely responsible for these effects. Exercise also has persistent antidepressant effects and has been found to serve as both a means to prevent and treat drug addictions, particularly psychostimulant addictions.
Menopause and physical fitness
Menopause is the term that is used to refer to the stretch of both before and after a women last menstrual cycle. there are an instrumental amount of symptoms connected to menopause, most of which can affect the quality of life of the women involved in this stage of her life. One way to reduce the severity of the symptoms is exercise and keeping a healthy level of fitness. Pre or during menopause as the women body changes there can be physical, physiological or internal changes to the body. These changes can be prevented or the reduced with the use of regular exercise. these changes include;[33]
Prevention of weight gain: around menopause women tend to lose their muscle mass and have it replaced with abdominal fat. Slight increases in physical exercise can help to prevent this.
Reduce the risk of breast cancer: due to the weight loss from regular exercise it may offer protection from breast cancer.
Strengthen the bones of the body: Physical activity can slow the bone loss after menopause reducing the chance of bone fractures and osteoporosis.
Reduce the risk of disease: Excess weight can increase the risk of heart disease and type 2 diabetes, and the regular physical activity can counter these effects.
Boost the mood: By being involved in regular activities it can improve the psychological health, this can be the case at any age and not only for times during or after menopause.[34]
The Melbourne Women’s Midlife Health Project provided evidence that showed over an eight year time period 438 were followed. even though the physical activity was not associated with VMS in this cohort at the beginning. women that reported they were physically active everyday at the beginning were 49% less likely to have reported bothersome hot flushes. this in contrast to women who level of activity decreased were more likely to experience bothersome hot flushes.[35]
Langganan:
Postingan (Atom)