Sabtu, 09 Mei 2015

Pengimpor Bahan Dasar Pangan

Pengimpor  Kebutuhan Dasar Pangan
Impor Indonesia dari Berbagai Negara Utama
Negara
Impor Tahun 2010
(ribu USD)
Impor 2010
%
Peningkatan
2005-2010 %
Amerika Serikat
7.784.053
7,28%
83,02%
Singapura
9.967.084
9,32%
1,82%
Thailand
7.409.405
6,93%
88,71%
Malaysia
4.504.500
4,21%
134,91%
Jepang
16.743.782
15,65%
63,93%
Korea
5.552.204
5,19%
71,18%
China
21.741.364
20,32%
226,32%
Uni Eropa
9.552.133
8.93%
45,30%
Australia
5.047.793
4,72%
87,15%
Total
88.302.318
82,55%
85,70%
Sumber: Bank Indonesia
“Beberapa tahun terakhir,kita mengimpor 1,6 juta ton gula,1,8 juta ton kedelai,1,2 juta ton jagung,1 juta ton bungkil makanan ternak,1,5 juta ton garam,100 ribu ton kacang tanah,bahkan pernah mengimpor sebanyak 2 juta ton beras.Pastinya ada yang salah dengan kebijakan yang diambil pemerintah menyangkut sektor pertanian.Juga ada agen kapitalis yang bermain di balik penindasan yang terjadi terhadap petani indonesia.”

Indonesia sebagai negara agraris gagal membangun industri pangan.Sepanjang sejarahnya negara ini hanya mengalami swasembada produksi beras dua dekade yang lampau,yaitu tahun 1980.Namun,bertahun-tahun sesudah itu prestasi swasembada beras sulit terulang,sehingga tidak jarang Indonesia harus mengimpor beras dari negara tetangga Thailand dan Vietnam.
Pada masa pemerintahan SBY impor pangan mengalami peningkatan dalam jumlah yang besar.Artinya,pemerintah berupaya menjaga ketahanan pangan dengan menggunakan sumber-sumber impor.Kemandirian pangan benar-benar diabaikan,dan ketahanan pangan nasional diserahkan kepada mekanisme pasar bebas.Berbagai produk pangan nasional,mulai dari sayur mayur,beras,kedelai,gula dan susu sampai garam dipenuhi dari impor.Negara-negara seperti Thailand,Vietnam dan China menjadi pemasok kebutuhan pangan nasional.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri(KADIN),Natsir Mansyur,menilai bahwa kebijakan impor yang dilakukan pemerintah Indonesia sudah memasuki fase kronis.Hampir 65 persen pangan nasional,mulai dari beras,gula,kedelai,jagung,bawang merah sampai cabe,dan bahkan lele dumbo berasal dari pertanian luar negeri.

Salah satu penyebab utama hancurnya basis produksi pangan dalam negeri,yaitu tidak adanya perlindungan pemerintah terhadap pertanian dan industri pangan nasional skala kecil dan menengah.Kebijakan pemerintah yang menghilangkan segala macam subsidi pertanian telah menyebabkan hancurnya basis produksi rakyat,khususnya pertanian.
Akibatnya,barang-barang pangan impor masuk menguasai pasar nasional.Karena harga barang-barang pangan impor lebih murah,maka konsumen lebih cenderung memeilih pangan impor.

Mengapa harga pangan impor lebih murah? Negara-negara,seperti Eropa,AS,Australia,Jepang dan China,memberi subsidi pertanian besar-besaran untuk menjaga produksi pangan nasional mereka.Kebijakan inilah yang menyebabkan harga produk pangan dari negara-negara tersebut dapat dijual ke luar negeri dengan harga yang murah.

Di sisi lain,produk-produk pangan nasional lebih mahal,karena rendahnya dukungan pemerintah,ditambah biaya produksi pertanian dan pangan yang mahal.Rendahnya fasilitas pembiayaan bagi petani,penghapusan subsidi,rusaknya infrastruktur pertanian dan mahalnya biaya energi,menjadi peenyebab utama mahalnya harga pangan nasional.


Kebijakan pemerintah yang menurunkan tarif impor pangan sebagai bagian dari komitmen perdagangan bebas,baik melalui World Trade Organization (WTO),maupun Free Trade Agreement (FTA),menjadi kunci rendahnya harga pangan impor di pasar-pasar Indonesia.Lambat laun Produk-produk pangan dalam negeri yang diproduksi petani ditinggalkan oleh konsumen.Kecenderungan semacam ini,pada satu sisi,merugikan petani,UKM dan perekonomian nasional secara keseluruhan.Di sisi lain,impor pangan menguntungkan importir,para pedagang dan negara-negara asal barang-barang tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar