Tak kurang ada 700 sumber mata air yang dibawa suku adat yang menjadi delegasi kongres disatukan dalam monumen air nusantara.
Kongres Aliansi Masyarakat Adat Nusantara ke-4 dibuka dengan festival air, hari ini di kantor bupati Halmahera Utara (19/4). Air yang disatukan di Monumen Air Nusantara ini berasal dari sumber mata air berbagai daerah, antara lain: Papua, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Jawa, Lampung, Sumatera Selatan, Jambi, Riau, Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Utara.
Tak kurang ada 700 sumber mata air yang dibawa suku adat yang menjadi delegasi kongres. Air yang dibawa delegasi tersebut itu lalu dituang ke satu bejana besar di bawah monumen. Setelah dituang air yang telah dikumpulkan itu diambil kembali oleh perwakilan delegasi.
Sebelum festival air, perwakilan masyarakat adat nusantara melakukan kirab dari Hibualamo (rumah besar adat Tobelo) menuju kantor bupati Halmahera Utara, sejauh 5 Km.
Dalam sambutannya Sekretaris Jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Abdon Nababan menyatakan air yang dipersatukan adalah simbol untuk meneguhkan apa yang sudah diproklamasikan dan ditekadkan pendahulu kita. "Kita harapkan air ini bisa mendamaikan bumi, elit politik kita yang di depan publik bertengkar, saling memojokkan," kata Abdon.
Air juga simbol penyucian kita dari kekotoran. "Air simbol pencucian dari kekotoran kita semua. Air adalah janji komitmen bahwa di masa depan harus lebih kuat bersatu kukuh menghadapi tantangan lebih besar," ujar Abdon.
Sementara Bupati Halmahera Utara, Hein Namotemo dalam sambutannya menyatakan air yang dipersatukan merupakan simbol persatuan. "Yang tadinya diberbeda-beda dipersatukan. Air ini semoga bisa membersihkan dari ketidakjujuran, suap menyuap, rampas merampas," kata Hein yang disambut tepuk tangan hadirin.
Kongres Aman ke-4 ini dihadiri 1.000-an delegasi dari berbagai wilayah. Dana yang dibutuhkan menggelar kongres dari 19-25 April ini sekira Rp 2 Miliar yang sebagian besar ditanggung pemerintah Halmahera Utara. Dalam kongres ini tadi juga diserahkan draft Rancangan Undang-Undang Pengakuan dan Perlindungan Masyarakat Adat yang diserahkan Sekjen Aman Abdon Nababan kepada Ketua DPR RI, Marzuki Alie.
Selain Marzuki, pembukaan kongres juga dihadiri mantan menteri pariwisata Gde Ardika. Pembukaan kongres juga diisi tarian daerah yang disaksikan oleh ribuan masyarakat Halmahera Utara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar