Pengimpor Kebutuhan Dasar Pangan
Impor Indonesia dari Berbagai Negara
Utama
Negara
|
Impor Tahun 2010
(ribu USD)
|
Impor 2010
%
|
Peningkatan
2005-2010 %
|
|
Amerika
Serikat
|
7.784.053
|
7,28%
|
83,02%
|
|
Singapura
|
9.967.084
|
9,32%
|
1,82%
|
|
Thailand
|
7.409.405
|
6,93%
|
88,71%
|
|
Malaysia
|
4.504.500
|
4,21%
|
134,91%
|
|
Jepang
|
16.743.782
|
15,65%
|
63,93%
|
|
Korea
|
5.552.204
|
5,19%
|
71,18%
|
|
China
|
21.741.364
|
20,32%
|
226,32%
|
|
Uni Eropa
|
9.552.133
|
8.93%
|
45,30%
|
|
Australia
|
5.047.793
|
4,72%
|
87,15%
|
|
Total
|
88.302.318
|
82,55%
|
85,70%
|
|
Sumber: Bank Indonesia
“Beberapa tahun terakhir,kita mengimpor
1,6 juta ton gula,1,8 juta ton kedelai,1,2 juta ton jagung,1 juta ton bungkil
makanan ternak,1,5 juta ton garam,100 ribu ton kacang tanah,bahkan pernah
mengimpor sebanyak 2 juta ton beras.Pastinya ada yang salah dengan kebijakan
yang diambil pemerintah menyangkut sektor pertanian.Juga ada agen kapitalis
yang bermain di balik penindasan yang terjadi terhadap petani indonesia.”
Indonesia sebagai negara agraris gagal membangun
industri pangan.Sepanjang sejarahnya negara ini hanya mengalami swasembada
produksi beras dua dekade yang lampau,yaitu tahun 1980.Namun,bertahun-tahun
sesudah itu prestasi swasembada beras sulit terulang,sehingga tidak jarang
Indonesia harus mengimpor beras dari negara tetangga Thailand dan Vietnam.
Pada masa pemerintahan SBY impor pangan
mengalami peningkatan dalam jumlah yang besar.Artinya,pemerintah berupaya
menjaga ketahanan pangan dengan menggunakan sumber-sumber impor.Kemandirian
pangan benar-benar diabaikan,dan ketahanan pangan nasional diserahkan kepada
mekanisme pasar bebas.Berbagai produk pangan nasional,mulai dari sayur
mayur,beras,kedelai,gula dan susu sampai garam dipenuhi dari
impor.Negara-negara seperti Thailand,Vietnam dan China menjadi pemasok
kebutuhan pangan nasional.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan
Industri(KADIN),Natsir Mansyur,menilai bahwa kebijakan impor yang dilakukan
pemerintah Indonesia sudah memasuki fase kronis.Hampir 65 persen pangan
nasional,mulai dari beras,gula,kedelai,jagung,bawang merah sampai cabe,dan
bahkan lele dumbo berasal dari pertanian luar negeri.
Salah satu penyebab utama hancurnya basis
produksi pangan dalam negeri,yaitu tidak adanya perlindungan pemerintah
terhadap pertanian dan industri pangan nasional skala kecil dan
menengah.Kebijakan pemerintah yang menghilangkan segala macam subsidi pertanian
telah menyebabkan hancurnya basis produksi rakyat,khususnya pertanian.
Akibatnya,barang-barang pangan impor masuk
menguasai pasar nasional.Karena harga barang-barang pangan impor lebih
murah,maka konsumen lebih cenderung memeilih pangan impor.
Mengapa harga pangan impor lebih murah?
Negara-negara,seperti Eropa,AS,Australia,Jepang dan China,memberi subsidi
pertanian besar-besaran untuk menjaga produksi pangan nasional mereka.Kebijakan
inilah yang menyebabkan harga produk pangan dari negara-negara tersebut dapat
dijual ke luar negeri dengan harga yang murah.
Di sisi lain,produk-produk pangan nasional
lebih mahal,karena rendahnya dukungan pemerintah,ditambah biaya produksi
pertanian dan pangan yang mahal.Rendahnya fasilitas pembiayaan bagi
petani,penghapusan subsidi,rusaknya infrastruktur pertanian dan mahalnya biaya
energi,menjadi peenyebab utama mahalnya harga pangan nasional.
Kebijakan pemerintah yang menurunkan tarif
impor pangan sebagai bagian dari komitmen perdagangan bebas,baik melalui World
Trade Organization (WTO),maupun Free Trade Agreement (FTA),menjadi kunci
rendahnya harga pangan impor di pasar-pasar Indonesia.Lambat laun Produk-produk
pangan dalam negeri yang diproduksi petani ditinggalkan oleh konsumen.Kecenderungan
semacam ini,pada satu sisi,merugikan petani,UKM dan perekonomian nasional
secara keseluruhan.Di sisi lain,impor pangan menguntungkan importir,para
pedagang dan negara-negara asal barang-barang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar